Sejak dinobatkan sebagai hari blogger nasional pada 27 Oktober 2007, berarti tahun ini adalah perayaannya yang ke 13 tahun. Adalah Menteri Komunikasi dan Informasi RI kala itu, Muhammad Nuh yang mentasbihkan tanggal tersebut menjadi perayaan bagi para blogger Indonesia. Saat ditasbihkan, bersamaan dengan event Pesta Blogger, iya dulu sampai ada acara ngumpulin blogger setanah air. Sumbernya bisa dicek disini https://tekno.kompas.com/read/2011/10/27/18033547/hari.blogger.nasional.sejarah.dan.perkembangannya
Saya sendiri lupa kapan pertama kali punya blog, tapi masih ingat kok alamatnya, lightbreath.wordpress.com, entah masih ada apa engga. (dan ternyata masih ada). Scroll-scroll ternyata masih ada dong postingan pertama di blog, cek disini https://lightbreath.wordpress.com/2007/10/09/hello-world/ lucu banget deh. Saya inget, motivasi bikin blog adalah pengen punya tempat curhatan juga sama kayak temenku almarhumah Ichi. 🙂
Selama itu apa yang sudah disumbangkan oleh blogger untuk kemashlahatan umat? Buanyak, sudah tidak terhitung selebritas tanah air yang berawal dari blog seperti Raditya Dika. Selebritas itu bukan berarti yang bener-bener sengetop Radit sih, tapi dikenal luas di dunia maya. Contoh lainnya Pidie Baiq, buku-buka Kang Pidie itu merupakan kumpulan tulisannya di Multiply, sebuah platform blog + music yang sudah almarhum.
Tetapi makin kesini saya merasakan sebuah kejengahan tersendiri untuk melabeli diri sebagai blogger, kenapa? Blogger semakin kesini semakin komersil dan kurang asik buat saya. Saya merasakan sendiri karena berada di komunitas blogger tapi makin kesini lebih banyak bertindak sebagai marketer. Eh, influencer dong. Hmm, dua istilah yang menurut saya agak-agak sulit dibedakan.
Influencer saya artikan sebagai orang yang memberikan pengaruh, dalam hal apapun, baik memberikan pengaruh ide, gagasan (oke itu sama aja), wawasan, ajakan. Sedangkan marketer adalah berjualan. Nah problemnya adalah gimana dong, karena dibayar oleh brand, jadi tulisannya sudah tidak lagi objektif, lebih keajakan orang untuk menggunakan sebuah brand tertentu. Di titik inilah saya bilang blogger sudah menjadi marketer dan aku jengah.
Perubahan ini diperparah dengan tidak diimbangin dengan tulisan-tulisan layaknya seorang blogger yaitu opini pribadi yang netral, berdasarkan preferensi pribadi dan nilai-nilai yang seseorang yakini. Untuk itu saya pikir blogger masih boleh mengaku blogger kalau punya perbandingan sekurang-kurangnya 2:1 , untuk setiap 2 tulisan organik (cie organik kayak beras) baru deh muncul satu tulisan berbayar.
Dengan formula tersebut, setidaknya bisa mempertahankan kepercayaan seseorang terhadap blogger tersebut. Jujur saja, saat ini saya skeptis jika ada rekan (yang ngakunya blogger) mereview sebuah produk. Do they sincere? atau fake aja demi kepentingan “udah dibayar loh” alias pesanan.
Saya paham juga sih kenapa begitu, tulisan organik tidak menghasilkan apapun, tetapi tulisan berbayar menghasilkan cuan yang bisa dipake buat bayar anak sekolah, jajan anak, dan lain-lain sesuai kebutuhan hidup yang menggunakan uang.
Bottom linenya, jika blogger masih terlalu banyak memposting tulisan “pesanan” maka lama-lama kepercayaan orang-orang akan hilang. Ujung-ujungnya apa, kelestarisan industri ini akan hilang, brand-brand akan meninggalkan para blogger karena pengaruhnya sudah tidak lagi efektif. Siapa yang rugi?ya blogger itu sendiri. Jadi, masihkah Anda seorang blogger?
Jawabnya ada diujung langit, kita kesana dengan seorang anak, anak yang tangkas dan juga pemberaniiiiiii. Tinggal tanyakan, kapan terakhir kali menulis tanpa “pesanan” di blog? Selamat hari blogger nasional, semoga blogger terus langgeng. Amiin.