Memang ya manusia itu gak pernah puas. Dulu punya cita-cita kerja dari rumah, ketika saatnya tiba bisa bekerja rumah, jenuh tetap saja datang melanda.
Pandemi akibat virus yang bernama Covid-19 memang mengubah banyak hal. Disrupsinya sungguh sangat nyata. Untuk yang belum tahu, disrupsi adalah proses perubahan fundamental sebuah sistem lama ke sistem baru, dari cara-cara lama berubah ke cara-cara atau pendekatan yang baru.
Salah satu cara untuk mengurangi penularan virus Covid-19, pemerintah membatasi mobilitas masyarakat. Penyekatan dilakukan di titik-titik tertentu suatu wilayah, perkantoran ditutup, pekerja melakukan kerja dari rumah atau wfh (work from home).
Well, saya sendiri gak pas-pas banget wfh-nya. Masih inget deh awal penemuan kasus Covid-19 di Depok di akhir Maret 2020 saya masih ngantor. Walaupun saat itu kantor lokasinya sudah di Bogor, yang jaraknya dari rumah hanya 15 menit perjalanan motor, ngantor tetapkah ngantor bukan kerja dari rumah.
Sejak saat itu kita mengenal wfh. Awalnya memang tidak terbiasa ya, seperti ada yang kurang interaksi pekerjaaan, tapi pelan-pelan kita semua terbiasa. Kalau di bidang pekerajaan saya sih yaitu di IT, remote working bukan sesuatu yang baru tapi penyesuaian itu tetaplah dibutuhkan. Diskusi-diskusi asik yang biasa pake whiteboard sudah tidak bisa dilakukan lagi, digantikan dengan share screen yang sampai saat ini sih tetep kurang asik buat corat-coret.
Sampai kini, sudah sekitar 1,5 tahun, gak kerasa juga sudah kebanyakan wfh. Kenapa kebanyakan?karena sebenarnya pernah ada periode untuk ngantor reguler seperti biasa, pernah juga melakukan hybrid sampai akhirnya kembali kantor menerapakan kerja full wfh.
WFH itu emang enak banget, gak perlu mikirin permasalah transportasi. Waktu masih reguler kerja di Jakarta, jadwal saya tuh kurang lebih begini. Bangun jam 4, mandi, persiapan, solat subuh dan sebagainya sampai jam 5. Jam 5 sarapan dan prepare untuk berangkat pake motor ke terminal bis. Terus memikirkan target keberangkatan bisa jam berapa. Khusus hari Senin, harus lebih pagi karena biasanya susah bis. Kalau kesiangan maka harus mikir strategi gimana caranya dapet bisa. Hah, banyak banget upacaranya dan akhirnya sampai kantor sudah mengurasa banyak tenaga.
Beda dengan WFH, tiap hari malem hampir tidak ada beban untuk besok bangun pagi, walaupun ya tetep bangun pagi untuk “upacara” sakral pembuangan kotoran dan yang jelas solat subuh dong sebagai kawajiban untuk orang muslim.
Kebiasaan baru juga hadir untuk menggantikan waktu perjalanan ke kantor yaitu antara jam 5 sampai dengan jam 8 adalah dengan berolahraga. Apalagi pas di awal pandemi ya, karena dianjurkan juga oleh pemerintah maka beberapa kegiatan olahraga seperti lari dan workout.
Walaupun wfh itu lebih banyak enaknya, tetap saja sebagai manusia normal akan ada titik jenuhnya. Ketika rasa jenuh itu datang, maka yang dikorbankan adalah produktifitas kerja. Jadi kayak banyak bengongnya tanpa menghasilkan apa-apa. Sering tuh saya ngalamain momen-momen seperti itu dan di akhir hari jadi mikir sendiri, hari ini sudah menghasilkan apa ya dan rasanya tidak ada.
Terus gimana dong kalau jenuh wfh? Ada beberapa cara sih yang saya coba supaya pikiran refresh kembali.
1. Sediakan Makanan atau Minuman Favorit
Teknisnya gak mesti beli bisa juga bikin. Kita pasti punyalah makanan atau minuman favorit yang bisa membangkitkan mood. Ini sangat membantu sih untuk merefresh kejenuhan saat kita kerja di rumah.
Karena di rumah sendiri, saya biasanya tinggala keluar kamar. Dan makanan atau minuman yang sangat bisa diandalkan sebagai moodboster adalah es kopi.
Saya punya kopi favorit sendiri untuk ini yaitu kopi Arabica dari Pegunungan Malabar, Bandung. Saya buatnya dengan alat vietnam drip, setelah diseduh saya tambahkan 3 balok es batu. Maka terciptalah americano ala-ala rumahan. Kalau kopinya enak, walau dengan alat sederhana, tetep bisa enak kok.

Kalau males bikin atau bosen, tinggal go-food aja sih dan favorit saya adalah paketan kopi Janji Jiwa + Toast-nya. The best sih dengan 50rban sudah dapet roti panggang + es susu kopi dari Janji Jiwa.
2. Stretching atau Olahraga
Di serifal Neflix berjudul Moneh Heist ada scene dimana si tokoh Profesor dalam tekanan untuk menentukan keputusan apa yang mesti diambil. Apa yang dia lakukan saat itu? Dia melakukan olahraga, tepatnya dia melakukan latihan tinju, memukul-mukulkan sarung tangannya ke sand sack.
Dia bilang dia butuh olahraga supaya darah mengalir, adrenalin naik sehingga memudahkan dia untuk berpikir.
Terinspirasi oleh Profesor, saya pun menirunya. Karena gak punya sandsack, yang saya lakuan biasanya stretching ringan ala-ala yoga ataupun melakukan gerakan workout ringan kayak push-up dan squat.
Melakukan streching dan olahraga ringan ini sangat-sangat lumayan loh untuk merefresh otak. Sambil streching gitu bisa sambil memikirkan langkah atau strategi selanjutnya untuk pekerjaan yang sedang dikerjakan.
3. Main Game
Main game di sela-sela kerja kenapa tidak?! Agak sedikit tricky sih, game-game tertentu akan menghabiskan banyak waktu sehingga perlu dihindari karena bisa jadi kontra produktif.
Kriterianya game yang dimainkan idealnya adalah casual game atau game ringan, fun, dan gak ribet. Itu semua ada di Plays.Org. Menurutku penciptanya jenius sih, pertama karena buat main game gak perlu ribet install-install lagi, tinggal buka browser dan voila, bisa main game. Kedua adalah game-nya banyak banget, game-game baru itu bisa cek disini.
Ini game yang saya mainin, namanya Zombie Typing. Game play-nya simpel, karakter utamanya akan nembak zombie yang dateng. Supaya si karakter bisa nembak, maka saya mesti mengetik setiap kata yang muncul bareng si zombie.



Kenapa saya suka, alasanya karena ini game mengingatkan saya ketika pertama kali kuliah. Sebagai mahasiswa informatika, mengetik 10 jari adalah sebuah keharusan, dulu ada game-nya buat ngelatih ngelancarin kita mengetik lancar 10 jari dan di Zombie Typing ini mirip-mirip.
4. Dengerin Podcast
Kalau mendengarkan musik sudah pasti ya, tapi sekarang kita punya pilihan lagi untuk media audio yaitu podcast. Enaknya podcast adalah selain terhibur, beberapa podcast juga ada isinya kayak podcastnya asumsi bersuara misalnya.
Podcast asumsi bersuara biasanya membicarakan issue-issue hangat yang dibicarakan di media nasional dengan narasumber-narasumber yang kompeten di bidangnya. Banyak menambah wawasan, jadi selain dapet refreshingnya untuk mengatasi jenuh whf juga bisa nambah pinter.
Itu semua sih yang biasa saya lakukan untuk menghilangkan jenuh selama wfh. Kamu suka yang mana?
kalo ada waktu luang dijadwalkan main bareng sama teman satu tim di https://boardgamearena.com/
biar sambil bonding juga, wkwk
asiiik, sung ke TKP